Menuju Solusi Gizi Seimbang: Tantangan dan Langkah-langkah Konkrit di Indonesia
Masalah gizi masih menjadi masalah utama bangsa Indonesia. Selain masalah gizi kurang, Indonesia juga dihadapkan dengan fenomena gizi lebih (obesitas). Seperlima (20 persen) anak-anak usia sekolah dasar dan sekitar 15 persen remaja mengalami kelebihan berat badan atau obesitas. Dua juta anak di bawah usia 5 tahun menderita malnutrisi akut yang parah, suatu kondisi yang mengancam jiwa jika tidak ditangani.
Berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022, dari tahun 2021 hingga 2022, Indonesia mengalami penurunan angka stunting sebanyak 2,8%. Capaian tersebut sesuai dengan target yang dicanangkan oleh Kementerian Kesehatan, yaitu sekitar 2,7% setiap tahunnya. Hal tersebut tidak lepas dari kebijakan Kementerian Kesehatan untuk melakukan intervensi spesifik stunting yang difokuskan pada masa sebelum kelahiran dan anak usia 6-23 bulan. Intervensi tsb antara lain seperti Pemberian ASI eksklusif usia 0-6 bulan, Pemberian MPASI kaya protein hewani bagi baduta (bayi di atas dua tahun), pemberian Tablet tambah Darah (TTD) pada remaja putri dan ibu hamil, Pemberian makanan tambahan kepada anak usia 6-59 bulan dan ibu hamil dengan KEK (kurang energi kronik) serta Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita.
Pada usia 6 bulan, bayi dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan pendamping ASI (MP-ASI). Namun jika pada kondisi normal bayi terlalu cepat diberikan MP-ASI, dapat mengganggu penyerapan nutrisi dari ASI dan berisiko terhadap kejadian obesitas. Jika terlambat diberikan MP-ASI, berisiko kurang nutrisi terutama zink (Zn) dan zat besi. Makanan yang baik untuk dewasa, belum tentu baik juga dikonsumsi untuk anak. Karena usia anak merupakan usia yang banyak membutuhkan kalori dan sumber nutrisi penting bagi tumbuh kembang anak.
Kebutuhan nutrisi pokok yang harus ada dalam MP-ASI antara lain:
1. Protein
Daging dan ikan merupakan sumber zat besi yang sangat baik untuk pertumbuhan, Cara memberikan sebagai MP-ASI harus dimasak hingga empuk dan lembut serta disuwir untuk memudahkan anak mengkonsumsi. Daging yang mudah diperoleh yaitu daging ayam dan diging sapi. Selain itu, telur adalah salah satu sumber protein terbaik sebagai MP-ASI, karena kaya akan protein, kolin, vitamin B2, B12 dan folat untuk tumbuh kembang anak. Sebagai penambah rasa dan warna, bisa diberikan protein nabati, seperti kacang-kacangan (kacang panjang, buncis, kacang koro), bubur kacang hijau dan sejenisnya.
2. Lemak
Selain protein, lemak juga sangat dibutuhkan untuk pemenuhan nutrisi pada anak. Lemak dapat mendukung perkembangan otak anak hingga mencapai potensi pertumbuhan maksimumnya. Selain itu, lemak bermanfaat pula sebagai penyedia energi dan membantu tubuh menyerap vitamin seperti A, D, E, dan K. Sumber lemak yang baik untuk anak antara lain minyak ikan, margarin, mentega, keju, minyak kelapa, minyak zaitun, minyak sayur, selai kacang.
3. Karbohidrat
MP-ASI tidak hanya dipenuhi dengan protein dan lemak, dibutuhkan juga karbohidrat. Sumber karbohidrat yang mudah didapatkan adalah nasi, kentang, jagung dan gluten yang lain. Selain itu, beras tidak banyak mengandung serat. Terlalu banyak serat tidak baik untuk pencernaan bayi.
4. Zat Besi
Bukan hanya orang dewasa, kekurangan zat besi pada anak dapat memicu berbagai gangguan kesehatan, salah satu kondisi yang umum terjadi adalah anemia. Selain itu, kekurangan zat besi pada balita menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Sumber MPASI yang banyak mengandung zat besi antara lain daging merah, hati sapi/ayam, ikan laut, telur, kacang kedelai, kacang merah.
Untuk diperhatikan, Sayur dan buah dalam MP-ASI sebaiknya hanya diperkenalkan saja, misal dijadikan sebagai finger food yang direbus sebagai makanan pendamping atau cemilan, karena sayur dan buah belum memenuhi kebutuhan nutrisi pokok anak. Selain itu, sayur dan buah belum bisa dicerna oleh pencernaan bayi karena banyak mengandung serat.
Minimnya pengetahuan dan praktik pengasuhan anak dan pemberian makan anak yang tidak memadai juga turut menyebabkan tingginya angka gizi buruk. Kesehatan ibu juga berperan penting. Banyak perempuan yang hamil saat usia remaja, tidak makan dengan benar selama kehamilan sehingga sering melahirkan bayi yang kecil atau berat badan rendah.
Pemerintah Indonesia berperan aktif untuk dapat menciptakan ekosistem yang mampu meningkatkan lingkungan yang mendukung gizi dan memperkuat sistem untuk pemberian layanan gizi. Aspek ini salah satunya adalah melalui rekomendasi kebijakan, koordinasi dan dukungan advokasi sehingga dapat menghasilkan bukti praktik terbaik dalam masalah gizi di Indonesia. Selain itu, masyarakat Indonesia diharapkan terus berpartisipasi aktif dalam melakukan pencegahan malnutrisi, dengan menerapkan perilaku bersih dan sehat, menjaga asupan gizi dengan memperkaya protein hewani, minum Tablet Tambah Darah (TTD) dan rutin melakukan pemeriksaan ke fasilitas kesehatan terdekat.
Sumber :
World Health Organization., 2022. WHO EUROPEAN REGIONAL OBESITY REPORT 2022, Copenhagen.
UNICEF INDONESIA, Untuk Setiap Anak, artikel ini diakses pada 2023. Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI, Badan Litbang Kesehatan, Survei Status Gizi Indonesia, 2022. Jakarta
Pregnancy Birth and Baby, 2019
Mary L. Gavin, 2022